Wisata Kota Pariaman
Kota Pariaman merupakan salah satu kota yang berada di provinsi sumatra barat. Kota ini berjarak sekitar 56 Km dari Kota Padang dan 25 Km dari Bandara Internasional Minangkabau ( BIM ). Kota Pariaman merupakan daerah yang beriklim tropis basah yang sangat
dipengaruhi oleh angin barat dan memiliki bulan kering yang sangat
pendek. Kota Pariaman memiliki pantai
landai dengan pesona yang indah, saat ini resort wisata telah dibenahi
oleh pemerintah kota setempat dalam usaha pengembangan sektor
pariwisatanya. Objek wisata pantai Pariaman di antaranya adalah pantai Gandoriah
yang berlokasi di depan stasiun kereta api Pariaman, Pantai Kata di
Taluk-Karan Aur, Pantai Cermin di Karan Aur, Pantai Belibis di Naras dan
memiliki Pusat Penangkaran Penyu pertama dan satu-satunya di Sumatera
Barat di Pantai Penyu, Apar, Kec. Pariaman Utara. Selain itu Kota yang
bermotto Sabiduak Sadayuang ini juga memiliki 5 (lima) pulau kecil yang
tak berpenghuni yang tengah dikembangkan sarana dan prasarananya sebagai
destinasi wisata oleh Pemerintah kota Pariaman di antaranya Pulau Angso Duo,
Pulau Kasiak, Pulau Tangah, Pulau Ujung dan Pulau Gosong.
Kota Pariaman terkenal dengan salah satu festival tiap tahun yaitu festival tabuik. Festival ini telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu dan diperkirakan
telah ada sejak abad ke-19 masehi. Perhelatan tabuik merupakan bagian
dari peringatan hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Hussein bin
Ali yang jatuh pada tanggal 10 Muharram. Sejarah mencatat, Hussein
beserta keluarganya wafat dalam perang di padang Karbala.
Tabuik sendiri diambil dari bahasa arab 'tabut' yang bermakna peti kayu. Nama tersebut mengacu pada legenda tentang kemunculan makhluk berwujud kuda bersayap dan berkepala manusia yang disebut buraq. Legenda tersebut mengisahkan bahwa setelah wafatnya sang cucu Nabi, kotak kayu berisi potongan jenazah Hussein diterbangkan ke langit oleh buraq. Berdasarkan legenda inilah, setiap tahun masyarakat Pariaman membuat tiruan dari buraq yang sedang mengusung tabut di punggungnya.
Tabuik sendiri diambil dari bahasa arab 'tabut' yang bermakna peti kayu. Nama tersebut mengacu pada legenda tentang kemunculan makhluk berwujud kuda bersayap dan berkepala manusia yang disebut buraq. Legenda tersebut mengisahkan bahwa setelah wafatnya sang cucu Nabi, kotak kayu berisi potongan jenazah Hussein diterbangkan ke langit oleh buraq. Berdasarkan legenda inilah, setiap tahun masyarakat Pariaman membuat tiruan dari buraq yang sedang mengusung tabut di punggungnya.
Proses Pengangkatan Tabuik |
Tabuik terdiri dari dua macam, yaitu Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang.
Keduanya berasal dari dua wilayah berbeda di Kota Pariaman. Tabuik Pasa
(pasar) merupakan wilayah yang berada di sisi selatan dari sungai yang
membelah kota tersebut hingga ke tepian Pantai Gandoriah. Wilayah Pasa
dianggap sebagai daerah asal muasal tradisi tabuik. Adapun tabuik
subarang berasal dari daerah subarang (seberang), yaitu wilayah di sisi
utara dari sungai atau daerah yang disebut sebagai Kampung Jawa. Prosesi mengambil tanah dilaksanakan pada 1 Muharram. Menebang batang
pisang dilaksanakan pada hari ke-5 Muharram. Mataam pada hari ke-7,
dilanjutkan dengan mangarak jari-jari pada malam harinya. Pada keesokan
harinya dilangsungkan ritual mangarak saroban.
Pada hari puncak, dilakukan ritual tabuik naik pangkek, kemudian dilanjutkan dengan hoyak tabuik. Hari puncak ini dahulu jatuh pada tanggal 10 Muharram, tetapi saat ini setiap tahunnya berubah-ubah antara 10-15 Muharram, biasanya disesuaikan dengan akhir pekan. Sebagai ritual penutup, menjelang maghrib tabuik diarak menuju pantai dan dilarung ke laut.
Pada hari puncak, dilakukan ritual tabuik naik pangkek, kemudian dilanjutkan dengan hoyak tabuik. Hari puncak ini dahulu jatuh pada tanggal 10 Muharram, tetapi saat ini setiap tahunnya berubah-ubah antara 10-15 Muharram, biasanya disesuaikan dengan akhir pekan. Sebagai ritual penutup, menjelang maghrib tabuik diarak menuju pantai dan dilarung ke laut.
Festival Tabuik 10 Muharram di Kota Pariaman |
Setiap tahunnya puncak acara tabuik selalu disaksikan puluhan ribu pengunjung yang datang dari berbagai pelosok Sumatera Barat. Tidak hanya masyarakat lokal saja, festival ini pun mendapat perhatian dari banyak turis asing yang membuatnya menjadi perhelatan besar yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Dengan diadakannya festival tabuik setiap tahunnya dapat membuat Kota Pariaman banyak dikenal khususnya Pantai Gandoriah.
SEKIAN😀 😄